Petani gagal panen, Harga cabai meroket

Harga Tinggi, Panen Sedikit

Akhir tahun 2021 semestinya menjadi hari yang membahagiakan bagi petani cabai di Jawa Timur. Pasalnya, harga cabai melambung sangat tinggi. Sayangnya, curah hujan tinggi pula sehingga menyebabkan petani cabai bersedih.

Sebab, berbagai penyakit akibat kelembaban tinggi menyebabkan cabai tak bisa berbuah secara optimal. Sebagian lainnya, malah mati busuk. Salah satu petani cabai di Kabupaten Lamongan, Rizki mengatakan sebanyak 20 persen tanaman cabainya mati busuk. Sedangkan sisanya tidak bisa berbuah optimal.

Curah hujan yang tinggi menyebabkan akar busuk. “Cirinya sudah kelihatan sejak kecil. Antara lain, pertumbuhannya lambat dan kurang bagus. Kemudian, daunnya menguning. Kalau tidak kuat ya mati. Soalnya sering terendam air,” kata  rizki, sabtu (25/12).

Rizki sendiri menanam cabai merah keriting di lahan seluas seperempat hektar. Selain berhadapan dengan faktor cuaca, intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai sangat tinggi. Diantaranya, ulat grayak, tungau dan kutu daun. Akibatnya, biaya pembelian insektisida jadi meningkat dan membengkak.

“Penyemprotan insektisida dilakukan dua hari sekali. Dalam kondisi normal, penyemprotan cukup dilakukan seminggu sekali. Kalau tidak dilakukan seperti itu maka daunnya menjadi kriting,” ungkapnya.

Padahal, kata rizki, tanaman cabainya sudah umur 75 hari. Dalam kondisi normal, cabai dapat mulai dipanen pada umur 85 hari setelah tanam atau sekitar sepuluh hari lagi. Tetapi, karena pertumbuhannya lambat, umur panennya mundur. Dia memperkirakan baru dapat dipanen sekitar 10-15 hari lagi.

Dengan kondisi tersebut, Rizki mengaku hanya bisa berharap agar tanaman yang tersisa bisa menutup biaya produksi yang telah dikeluarkannya untuk menanam cabai.

Biaya terbesar yang dikeluarkan untuk menanami seperempat hektar lahan menurut Rizki mencapai lebih dari Rp 7 juta.

Biaya sebesar itu terserap untuk biaya tenaga pengolahan lahan, bibit dan obat-obatan, peralatan dan perawatan. Padahal, kata Rizki, dia sudah turun langsung sejak masa persiapan lahan.

“Ya mudah-mudahan 10-15 hari lagi harganya masih tinggi. Sehingga modal yang sudah dikeluarkan bisa tertutup,” jelasnya.

Di pasar daerah jawa timur, harga cabai rawit kualitas baik saat ini dihargai Rp 100 ribu per kilogram. Kemudian, cabai merah keriting Rp 60 ribu, sedangkan cabai ijo Rp 55 ribu. Dalam kondisi normal, harga tiga jenis cabai tersebut hanya separuh bahkan seperempat dari harga saat ini.

Salah satu pegadang cabai di Pasar besar Kecamatan karanggeneng, Putri mengatakan hal ini disebabkan oleh pasokan cabai dari pengepul menipis. Informasi yang diterimanya, sejumlah sentra cabai dilanda banjir. Itu sebab, banyak petani cabai yang gagal panen.

“Kenapa harganya naik? karena disebabkan tahun baru tidak ada barang. Yang beli itu banyak, barangnya tidak ada. Jadinya harganya naik. Soalnya kebanjiran” katanya, di Pasar karanggeneng.

0 Response to "Petani gagal panen, Harga cabai meroket"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel